Search

Tragis, Keluarga Petani di Tangerang Terpaksa Minum Air Comberan

Lampu Hijau, Tangerang-Hari Pendidikan Nasional di Kota Tangerang diwarnai kesengsaraan karena masih banyak ditemukan anak dari keluarga miskin yang tidak sekolah. Di Kelurahan Kunciran, Kecamatan Pinang, Kota Tangerang, misalnya. Ada petani yang enam anaknya tidak ada yang sekolah. Itu lantaran tak ada biaya.

Penderitaan ini dialami keluarga pasangan suami istri Arsad dan Yulianti yang tinggal di rumah gubuk tanpa penerangan. Untuk bertahan hidup, keluarga petani ini terpaksa minum air comberan. Sementara untuk makan, keluarga petani ini juga terpaksa mencari remah sisa makanan orang yang dibuang ke tempat sampah dan terpaksa mengemis belas kasihan.

Kehidupan nelangsa keluarga miskin ini dibenarkan oleh Camat Pinang Agun Djumhendi. Keluarga itu, bahkan tidak ada yang memiliki identitas, baik KTP dan KK, serta akte kelahiran keenam anaknya. “Bahkan, warga kurang mampu itu sempat ditipu oleh oknum yang mengaku petugas Kelurahan Kunciran Rp 2 juta. Padahal, uang itu dari hasil jerih payahnya sebagai petani kapas,” papar Agun.

Uang tersebut, kata dia, untuk mengurus adminitrasi dan agar anaknya bisa masuk sekolah. Namun, hingga kini anak-anaknya tidak ada yang sekolah. “Kami masih selidiki oknum petugas yang dimaksud. Kami sudah meminta keterangan bagaimana ciri-ciri oknum ini. Saya akan urus kelengkapan identitas keluarga itu yang terbakar,” sambungnya.

Setelah semua dokumen terkait identitas keluarga itu selesai diurus, pihaknya berharap anak-anak mereka segera masuk sekolah. “Kami juga meminta kepada pihak-pihak terkait seperti Dinas Sosial, Dinas Pendidikan, Dinas Perumahan dan lainnya untuk membantu agar keluarga miskin ini bisa hidup dengan layak,” pungkasnya.

Penderitaan juga dialami para guru TK, serta PAUD yang digaji sangat murah perbulan. Hal ini diungkapkan oleh Ketua DPRD Kota Tangerang Suparmi. Menurutnya, masih ada guru TK dan PAUD, di Kota Tangerang, Banten, yang digaji Rp 300 ribu sebulan.

“Kalau guru PAUD itu mereka diberi isentif dari APBD dengan besaran Rp 300 ribu perbulan. Sedang untuk guru TK, isentifnya Rp 650 ribu perbulan,” katanya. Tidak jauh berbeda, pemerintah pusat juga dinilai masih terlalu kecil memberikan bantuan, kepada murid TK dan PUAD yang sangat kecil, yakni Rp 650 ribu pertahun.

“Khusus TK Negeri itu ada BOP, besarnya Rp 250 perbulan untuk operasional sekolahnya. TK Negeri di Kota Tangerang cuma ada satu di Pinang. Untuk data lengkapnya di Dinas Pendidikan,” jelasnya.

Menurutnya, kesejahteraan guru TK dan PAUD di Kota Tangerang, harus lebih ditingkatkan dan disetarakan dengan gaji atau tunjangan guru SMP selama ini. “Kalau saya, semangatnya guru TK dan PUAD isentifnya harus dinaikkan, karena walau bagaimanapun, mereka yang telah mencetak generasi emas atau golden age. Tidak boleh dibedakan,” terangnya. (WAH)

Let's block ads! (Why?)

http://lampuhijau.co/2018/05/02/tragis-keluarga-petani-di-tangerang-terpaksa-minum-air-comberan/

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Tragis, Keluarga Petani di Tangerang Terpaksa Minum Air Comberan"

Post a Comment


Powered by Blogger.